Wednesday 14 December 2011

Kunang-Kunang Watu Lekker

Byuurr.....!!!
malam itu hujan tiba-tiba mengguyur tenda kuning ku yang berisikan lima orang dengan dahsyatnya, seperti ber ton-ton air dituangkan dari angkasa hitam. Rasa dingin akibat air hujan yang merembes ke celana mulai mengusik tidurku.

Saat pagi ku buka pintu tenda dan terlihat Jejak-jejak sepatu membatik jalanan berlumpur setelah semalam hujan mengguyur. Pagi-pagi benar aku sudah membereskan barang bawaanku ke dalam carrier pinjaman yang tidak terlalu besar untuk ukuran standart pendakian. Setelah menyantap menu makan pagi (pecel) segera kurebahkan tasku ke punggungku serta siap menyusuri jalanan menanjak dan berlumpur. Pemandangan indah siap menunggu di depan. Selangkah demi selangkah ku langkahkan kakiku di tanjakkan penuh lumpur nan licin itu.

Puncak Ajiz, begitulah teman-teman menamai sebuah puncak yang terdapat di salah satu bagian TN Meru Betiri. Dengan susah payah kudaki, lima langkah berhenti, tiga langkah berhenti, enam langkah melihat pemandangan disekitar. Yaa, tanjakkan adalah medan yang paling menguras tenagaku. Aku memang tidak seperti kawanku yang lain, mereka dengan mudahnya melalui tanjakkan demi tanjakkan seakan itu jalan rata.. sungguh hebat mereka.

Tetapi aku tak akan menyerah di sana. Meskipun otot kaki kiriku tertarik, tetap kulangkahkan kaki dengan menyemangati diriku sendiri, persis seperti orang gila yang bicara sendiri di tengah hutan karena aku sudah tertinggal jauh dengan rombongan. “Ayo kamu pasti bisa, Dunk..!”

Beberapa jam berjalan, Puncak Ajiz, lubang menganga, semak-semak hutan, telah ku lalui. Satwa liat juga sepintas terlihat. Menyeruak keluar dari hutan, ku temui sebidang tanah yang luas mungkin itu dulunya adalah ladang milik penduduk yang kini sudah tak terawat lagi. Rumput liar setinggi lutut adalah jalan setapak bagiku, rumpun bambu membentuk sebuah pintu masuk setengah lingkaran seperti mulut goa kumasuki setelahnya terdengar sebuah suara yang tak asing di telingaku. Itu adalah suara sungai.

Watu Lekker. Sebuah sungai kecil yang mengalir dengan lancarnya seperti kran air PDAM di perkotaan, bebatuan besar dan licin menghiasi, tak ketinggalan jernihnya air sungai watu lekker yang mempesona langsung membuatku tak sabar untuk menikmatinya secara langsung. Tas carrier aku taruh tak jauh dari tempatku, langsung kuarahkan mulutku untuk mencumbu sucinya air ini. Tenggorokan yang awalnya kering kerontang, kini, segarnya air terasa menyusuri organ tubuhku yang dilaluinya sampai berhenti di lambung.
Kurebahkan tubuh yang lelah ini di bebatuan sungai yang membentuk sebuah dataran rata sebesar lapangan bola basket dengan matras sebagai alas. Mataku terpejam.

Pemandangan malam tak kalah indahnya. Cahaya bulan menerobos dedaunan hingga menerangi dasar hutan. Di sekelilingku terlihat sebuah pemandangan yang sudah lama tak kulihat, mungkin SD aku terakhir melihat ini. Ya, segerombolan kunang-kunang terbang melayang bagaikan lentera hijau di kegelapan malam. Damai, rasa itulah yang sekarang kunikmati. Entah kenapa.
Kunang-kunang malam ini adalah hadiah dari perjalanan hari ini. Besok perjalananku akan berlanjut..


Selamat malam kawan....

Wednesday 30 November 2011

Hujan di Halaman Belakang

Hujan..
ya hujan lah yang rasanya paling aku tunggu-tunggu dalam beberapa hari ini, kesegaran dan harum tanah mengiang di pikiran.

beberapa hari ini di daerah kampus, hawa terasa begitu gerah. meskipun di dalam beberapa ruangan tercantel AC tetapi masih saja banyak teman-teman yang memanfaatkan bukunya sebagai kipas. "ini kelas apa parade tukang sate ya?" gumamku.

aku juga merasakan hal yang sama. Gerah. keringat selalu meleleh di wajah dan tak luput baju juga terasa basah olehnya. apakah gerangan yang terjadi? ada apa dengan keadaan lingkungan, kok seperti ini? bukankah sekarang sudah memasuki musim hujan? dan masih banya lagi pertanyaan-pertanyaan yang aku lontarkan untuk diriku sendiri.

apa benar kata orang-orang di TV ya, ini karena Global Warming? ahh apa iya?. apa karena pepohonan dan lahan penyerap air sudah tidak dibutuhkan lagi dan bangunan-bangunan beton sangat diperlukan untuk saat ini? ahh memangnya iya?

aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran mereka dan kemauan mereka. yang aku tahu hanyalah pepohonan di Fakultasku sudah kian menghilang. sampai kapankah aku bisa melihat pohon-pohon ini tetap hijau?

akan kulakukan sebisaku, kutanam sebatang pohon. aku juga tidak tahu apakah ini membantu atau tidak. tetapi aku tidak peduli, bumi memang butuh cinta.
aku ingin hujan segera datang untuk membantu pepohonan dan rumput-rumput itu hijau kembali.

Monday 21 November 2011

Lidi-lidi

lidi suka serakan daun
lidi suka serakan sampah
lidi takkan suka sendiri

tiga lidi bersenandung pagi
membelai
daun gugur seiring guntur
malam tadi

tiga lidi menari-nari
diiringi hangat mentari
di situ
menggunung daun
bertumpuk sampah

keranjang anyaman
bambu bermulut besar
menelan gunung
memuntahkan sampah
tiga lidi tersandar
di balik daun pintu

Tuesday 15 November 2011

"Es Coret"

Malam itu hujan baru saja selesai melaksanakan tugasnya. Tanah becek, jejak-jejak roda sepeda membekas dengan jelas di tanah, dan laron mulai bermanuver mengitari lampu di sebelah pohon Gambelina. Hawa segar terasa memeluk raga. Di sana, di sebuah gubug yang penuh keceriaan, terlihat anak2 berkumpul bersama. Termasuk aku.

Setelah hujan seperti ini selalu saja urusan perut yang datang, lapar. Mulai memikirkan rencana tempat nongkrong sambil memenuhi kebutuhan perut. Ide2 tempat dan beberapa jenis makanan yang meluncur dari mulut2 itu mulai berserakan di depanku. Di Jember biasanya aku kalau malam menjelang mulai merapat ke sebuah warung yang terkenal dengan kuliner "Wedang Cor" nya. Sebuah minuman maknyuus yang cocok diminum saat dingin seperti ini..

Tiba-tiba terdengar lolongan, ternyata ada sebuah usulan tentang menu kali ini.
"Bagaimana kalau beli Es Coret aja?"

semua hadirin terpatung mendengarnya, ada juga beberapa yang tertawa kecil saat mendengar kata tersebut. Gak Tau apa alasannya.

"Masak dingin dingin gini minum es mas? apa ada yang jualan es?"
"Ahh gampang, es coret otu ada dimana-mana.. di Jalan Semanggi, di Alun-Alun juga ada. meskipun hujan, es coret tetap jualan.

Apa Anda bisa membayangkan bagaimanakah wujud asli dari Es yang fenomena ini?? apakah es coret adalah es yang dicorat coret?
yang suka bercanda pasti paham.

Ternyata Es Coret ini adalah sebuah penanda lalu lintas dengan lambang huruf S yg dicoret diagonal. (Dilarang berhenti)hehehe. Ya selamat mencari Es Coret di sekitar Anda.

Tuesday 25 October 2011

a blue lady

behind the tree in rainy day

i know, a lady

her blue face falling

her shadow running


behind the tree in rainy day

they know, no lady

never know beside the trees

rain as the tears


crying in the rain

in sorrow and pain,

now, under the branches

still crying in loneliness


wind find the lady

behind the tree in rainy day




Oct' 24 2011 5.02 pm

Friday 30 September 2011

Mencoba Menjadi Mengerti

Untuk kesekian kalinya aku mencoba sesuatu yang gak aku tahu...
Setelah membuka blog yang telah lama gak pernah tak kunjungi ini, ada beberapa ikon yang aneh. aneh disini maksudnya aku sendiri kurang tau apa fungsinya..hehe

Langsung saja pencet-pencet tombol.. diatas itu kan ada kotak2 tulisan seperti Posting, Komentar, dan lain sebagainya. saat ku jelajahi kolom komentar ada banyak sekali list komentar2 yang masuk. Ternyata di kolom ini saya bisa melihat apa ada komen di blog ato enggak. (pengetahuan baru bagi ku yang masih belajar).

Saking banyaknya mulailah coba2 menghapus list komentar tadi, dari pada penuh lhoo.. setelah memencet tombol Hapus Konten hmm, alhasil seluruh komen hilang dalam sekejap..hehehe

Yahh mau gimana lagi, wong pak komputernya sudah memberi peringatan kalau menghapusnya permanen alias gak bisa di undo lagi. =_=
Tapi kalau gak gitu yo gak bakalan pernah tau apa fungsinya..hehe

Jadi marilah kita mencoba sesuatu yang baru, sekiranya itu gak membahayakan. pasti ada sesuatu disana..

Saturday 24 September 2011

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC)


Saat awal saya tahu informasi tentang Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) ini, secara sepintas sangat mirip dengan konsep dari Jember Fashion Carnival (JFC) yang sudah menjadi agenda tahunan di Jember. Acaranya tentang peragaan busana di jalanan kota Banyuwangi, tetapi lebih fokus terhadap budaya Banyuwangi sendiri. Sedangkan JFC menampilkan seluruh mode pakaian hasil kreatifitas warga Jember dan sekitarnya yang beraroma luar Indonesia.

BEC bisa menjadi wadah kreatif bagi masyarakat maupun pelajar-pelajar di Banyuwangi, jadi bagaimanapun bentuk dari media untuk melestarikan kebudayaan kita yang beranekaragam ini tak jadi halangan. Semoga dengan banyaknya acara-acara budaya yang diadakan bisa membuat penerus budaya tetap bergairah.

Untuk lebih jelasnya marilah kita saksikan acaranya yang akan digelar pada tanggal 22 Oktober 2011 jam 12.30 WIB-15.30 WIB. Untuk Startnya dimulai di Taman Blambangan dan berakhir di gedung DPRD, Banyuwangi.

Wednesday 21 September 2011

bukan puisi tentangmu

terlalu sesak kaki di wajah
bisul beton abu-abu menengadah
bertarung dengan usia
seakan percuma

keriput sudah kulitmu
hilang sudah baju hijau
kering air mata
si agni membara

bunga bunga sampah
berserak di wajah
kerontang pipi
lalat hitam menari

lubang menganga
semua terlena
tunggu saja
saatnya akan tiba..

Wednesday 14 September 2011

Demi Sebuah Pintu Depan

derap langkah para ahli bangunan
merdu terdengar
bersaing dengan alunan dosen
yang sedang mengajar

pasir, timba, kayu berserakan dengan rapinya
paku, palu, bambu mendendangkan nada
lagu pengganggu siswa
terganggu oleh mereka

pintu depan setengah jadi
merusak ruang yang tlah rapi
mungkin itu mimpi
mimpi para petinggi

pintu depan kapan engkau jadi?
suara mesin gerinda bising
di kuping
timba-timba jatuh kapan kau berhenti?

Tuesday 13 September 2011

Futsalan Sarungan

Malam kemarin, tepatnya hari senin malam, ada undangan untuk menghadiri acara Futsal Dance yang diadakan oleh dulur-dulur MAHAPALA. Pesertanya sudah jelas para Pencinta Alam dan beberapa Organisasi Mahasiswa di sekitar Universitas Jember.

Kostum para peserta unik-unik sesuai dengan ketentuan panitia. Tiap team wajib memakai Rok, Daster, ataupun sarung. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya bermain futsal dengan mengenaikan sarung. Tak hanya itu, ditengah-tengah pertandingan tiba2 musik dangdut berdendang dan seluruh pemain wajib berjoget. Jika ada yang melanggar maka wasit tak segan2 memberikan kartu kuning.

Saat itu team Swapenka melawan Mahadipa, Sarung sudah terpakai dengan rapi oleh setiap pemain. Sesaat setelah pluit dibunyikan banyak penonton langsung tertawa melihat para pemain futsal saling berebut bola sambil memakai sarung. Dari jauh kelihatan seperti anak2 pesantren lagi futsalan.

Yahh, pada akhirnya pertandingan dimenangkan oleh Mahadipa dengan hasil 6-3.. Rasanya sudah lama gak futsalan lagi ma temen-temen.. ya tentu saja fisik dan kemampuan sudah menurun dengan drastis.. (alasan rekkk)
tetapi bukan skor yang terpenting dalam acara ini, melainkan rasa persahabatan dan sportifitas. Di akhir pertandingan kami bahkan sempat bertukar sarung seperti pemain2 di televisi itu..hehehe

Monday 5 September 2011

Indahnya Kala Senja

Waahh udah lama gak bersentuhan dengan dunia maya selama lebaran gara-gara di kampung gak ada warnet, modem, apalagi laptop buat sarana transportasi menjelajahi blog-blog kawan-kawan. Berhubung masih dalam suasana Hari Raya saya ucapkan Met Lebaran yaa..

Kala Senja... Hmm.. kata yang indah.

Cerita ini berawal dari sebuah ide-ide dr orang2 yang gak ada kerjaan di sekret. Sedikit demi sedikit teman2 mulai berdatangan, karena hari ini bertepatan hari pertama masuk kuliah. Melihat sekret yg sedikit agak kurang teratur munculah ide-ide untuk memperindahnya. Mulai dari menata ulang letak-letak barang, ngepel lantai, nyuci sprei, dan mengecat tembok yg sudah terlihat pucat... hehe

Perdebatan tentang pemilihan warna pun mulai menghiasi. Putih, ijo daun, abu2, hitam, wes pokoknya sampe bingung dengan argumen2 yang beraneka warna.

Terus apa hubungannya cat mengecat dengan kala senja? Lha ini dia setelah yg beli cat datang, Sam Jukok, ternyata dia tak membeli sesuai dg warna yg telah ditentukan tadi.

"Warna iki ae rek, sing abu-abu gak onok"
"La terus iku warna opo sam?"
"Iki warna Kala Senja."
"Kok iso?"
"Mboh wes iki jare sing dodol warna kala senja, dadi engko lak pengen tuku maneh ngomongo kala senja yoo.."

Huft.. ternyata warna kala senja itu sama seperti warna jingga, warna langit di kala senja yang indah. Jadi sekarang sekret berubah menjadi lebih indah, lebih sejuk dipandang seperti memandang langit di kala senja..

Wednesday 24 August 2011

Persiapan.....

Sudah beberapa hari ini kampus sudah terlihat lengang karena ditinggal oleh penghuni setia yang menempati sekretariat yang letaknya tepat di belakang gedung Fakultas Sastra. Hanya terlihat beberapa gelintir orang saja yang lalu lalang.

Pagi ini jadwalnya adalah berburu blewah di pasar Tanjung tetapi karena gangguan mata alias ngantuk, tak hayal panas-panas di siang bolong baru berangkat menuju sumber blewah. Hmm.. aroma segar buah khas bulan Ramadhan ini terasa menggelitik perut.
Mulailah perburuan dengan mencari lapak-lapak dengan harga yang paling murah.

Setelah menemukan sasaran, tawar-menawar harga pun terjadi dengan lancarnya. 10kg blewah sudah di tangan.

Buah Blewah yang segar ini rencananya dibuat takjil di acara BakSos nanti sore di daerah Patrang. Beberapa persiapan dilakukan di sekretariat Swapenka, dan tentu saja suasana berubah menjadi lebih ramai daripada biasanya..

Waahhh sudah jam 3 ternyata... sudah dulu yaa, saya mau meluncur menuju TKP BakSos. hehehe

Monday 22 August 2011

Lomba Patrol Malem Minggu

Patrol, entah bagaimana asal-usulnya alat musik yang terdiri dari beberapa jenis kentongan dan seruling ini. Tetapi selama saya tinggal di Jember katanya musik patrol adalah ikon daerah ini. Sama seperti di tempat tinggal saya, Banyuwangi, musik patrol hanya terdengar saat bulan Ramadhan saja terutama saat sahur, padahal kan sayang jika musik tradisional nan unik ini terbatas dalam hal jam terbang (hanya saat bulan ramadhan).

Malam Minggu kemarin saya berkesempatan untuk melihat Lomba music patrol secara live..hehe. Meriah?? itu sudah pasti, apalagi diselingi oleh pesta kembang api. Tetapi sebagai sebuah ikon kota Jember yang lumayan luas ini sangat disayangkan karena jumlah pesertanya hanya sedikit, cuma 17 team. Apa karena musik patrol sudah sedikit peminatnya? atau pemerintah daerah yang kurang memikirkan nasib Patrol?

Dengan sederhananya beberapa peserta menghias kendaraan patrol mereka, ada pula yang hiasannya terlihat begitu mewah. Tetapi perbedaan cover tidak mempengaruhi kualitas musik mereka. Patrol tetap merdu dan nuansa semangat 45 jelas terasa lewat ketukan-ketukan yang berirama.

Tetapi ada beberapa hal yang mengganjal dimata saya, yaitu pembawa banner nama team masing2 peserta adalah anak-anak kecil yang masih berumur belasan tahun. Padahal anak sekecil itu biasanya sudah tidur nyenyak di kasur bersama orang tuanya di rumah saat lewat tengah malam. Mereka terlihat lelah sambil memegangi Banner tersebut, sejak pukul 8 malam mereka sudah siap di garis Start sampai pukul 3 pagi tiba di garis Finish. Apa mereka ini dibayar?? atau bagaimana?? Entahlah......

Semoga tahun depan saya masih bisa menikmati dendangan patrol dan Patrol tetap lestari.

Sunday 14 August 2011

Nambah Dua

Hemmm.... udah lumayan lama nihh gak nulis lagi... Pulang kampung pengennya bisa nyantai dan nulis di rumah, ehhh... ternyata malah banyak kesibukan. Mulai dari sibuk nonton TV sampai sibuk tidur..

Tapi bertepatan pas aku di rumah, ada kabar yg cukup menggembirakan. Kakak dari kakak perempuanku yg lain melahirkan seorang putra yg begitu imuuut dan menggemaskan, horeee..... dapet ponakan baru..hehe.

Gak usah nunggu lama, langsung aja mandi truz ganti baju dan langsung meluncur ke sebuah desa di pedalaman desaku (maksudnya desa sebelah desaku) tapi lebih pelosok dari desaku yg lumayan pelosok. waduh gimana ya neranginnya jadi bingung sendiri...hehe
Tepatnya Desa Cemetuk. Aku yakin gak ada yang tau tempat ini kalau belum pernah kesana.

Adek bayi-nya lucuuu, langsung pengen gendong rasanya tapi si adek sedang tidur.

Tak lama kemudian ada sebuah SMS dari kakakku yang lainnya,
"Le dolanno nang omah Jajag, isuk mau mbak e ngelahirno"

haduuhhh, sehari nambah ponakkan 2 baru.. (-_-).. ckckckkkk (tapi seneng) hehehehe..

Tuesday 9 August 2011

Benci Menunggu dan Terus Menunggu

Kejadian ini sebenarnya sudah lama berlalu, kira-kira sudah ribuan bahkan puluhan ribu detik yang lalu.

Seperti biasa, sebagai mahasiswa yang memiliki tanggung jawab untuk belajar, aku terpaksa dengan senang hati mengikuti ujian susulan yang dikarenakan telat saat ujian yg sebenarnya berlangsung, beberapa hari yang lalu. Alasannya lumayan kurang masuk akal sihh..hehe (tapi beneran). Hari ini, tepatnya pukul 09.00 WIB adalah jadwal yang disepakati untuk ujianku yang tertunda.

****

beberapa hari yg lalu (tepatnya saat ujian yg asli berlangsung):
Aku duduk termenung di sebuah kursi panjang, yang terbuat dari anyaman rotan, di depan ruang jurusan dan menunggu kedatangan Sang Dosen yang sedang menguji di dalam kelas nan jauh di sana. Aku tidak masuk kelas karena bangunnya kesiangan, dan ingin meminta sumbangan ujian susulan untukku.

Sebenarnya menunggu adalah hal yang sangat dan paling aku benci apalagi seorang diri. Tingak-tinguk dewean. Akhirnya Beliau datang juga dan berakhirlah penantianku...hehe. Percakapan singkat pun terjadi.

"Met siang, Bu" sapaku langsung saat berpapasan dengan target tungguanku.
"Siang, oia ada apa? tadi gak ikut ujian ya?"
"Iya Bu, saya ada masalah dengan bangun pagi. jadi saya telat bangunnya dan akhirnya tidak ikut. Apa saya boleh mengikuti ujian susulan?"
"Ya sudah Senin temui saya jam 9 di ruangan saya."
"Makasih, Bu."

Bu Dosen langsung melangkahkan kaki dengan tergopoh-gopoh langsung menghilang dikejauhan, entah hal apa yang membuatnya seperti itu.

****


Senin, waktu yang telah dijanjikan sebelumnya:
Pukul 9 kurang 10 menit aku sudah duduk di kursi rotan nan panjang itu lagi. Dengan penuh semangat aku mulai melakukan hal yang paling membosankan, MENUNGGU, lagi. Tapi tak apalah demi nilai, batinku. Ku buka kembali buku catatan di tanganku untuk mengingat kembali materi2.

Mahasiswa-mahasiswi yang kelihatannya MABA (Mahasiswa Baru) dari tadi mondar-mandir di depanku, persis setrika'an. Mungkin mereka sibuk dengan prosedur awal adi mahasiswa, mencari dosen pembimbing masing2 untuk tanda tangan.


Jam di tangan kulihat lagi, 09.15. Sudah 15 menit aku adi orang yg tak berguna. Para pegawai yang lalu-lalang juga mulai mengajakku ngobrol karena dari tadi gak pindah2 dari tempat itu.

Masih belum datang juga. Sampai pada akhirnya satu jam lamanya aku tetap menunggunya. Dari balik tangga terlihat sebersit cahaya, Bu Dosen datang.

"Wahh maaf ya tadi saya sedang menguji anak skripsi."
"Iya, Bu. Saya sudah menunggu dari jam 9 tadi. Bagaimana ujiannya?" Ku bertanya dengan wajah melas karena bosan.
"Waduh maaf lagi, anak saya sedang sakit jadi kita re-schedule (jadwal ulang) saja ya. Bagaimana kalau Rabu.?" Bu Dosen seakan memberikan jalan keluar dari ditunda-nya lagi ujianku dengan menawarkan hari lain.

Menunggu dan terus menunggu. Semoga Rabu tak menunggu.. Amien.

Entah kenapa selalu saja aku dihadapkan dalam proses menunggu dan menunggu, mungkin aku belum mengerti saja apa yang sebenarnya ada di dalam diri benda yang dinamakan menunggu ini. Apa mungkin Kesabaran???

Saturday 6 August 2011

Lukisan Pemandangan


Sekarang adalah tahun 3043, manusia sudah bergantung pada robot-robot dan komputerisasi yang super canggih. Untuk membuka kaleng makanan saja hanya menjentikkan jari maka robot khusus pembuka kaleng  telah melakukan pekerjaannya.  Seluruh bumi telah tertutup oleh beton-beton raksasa yang disebut Bunkonizer, orang jaman dahulu menyebutnya rumah atau bangunan perkantoran. Memang aneh kedengarannya. Setiap orang juga memiliki mobillizer untuk berkendara, mobillizer tak jauh beda dengan mobil pada jaman dahulu hanya saja bisa terbang karena jalan raya sudah tidak mencukupi untuk memuat kendaraan.
Banyak orang yang masih berumur 25 tahun mengidap obesitas karena mulai kecil mereka hampir tidak pernah beraktifitas. Hanya duduk, seluruh pekerjaan bisa diatasi. Umur mereka juga tidak lama, berkisar 40-55 tahun saja.
Di sebuah bunkonizer sederhana di sektor 027, Andreaz membuka pintu sebuah gudang tua milik kakeknya, Alterus, yang sudah puluhan tahun tak ada yang memasukinya karena isi di dalamnya kebanyakan adalah benda-benda kuno dan beberapa koleksi tulang-belulang hewan purba, untung saja dia tahu passwordnya karena dia adalah cucu kesayangan dari Alteruz.
Andreaz adalah seorang anak laki-laki kecil berambut keriting yang cerdik, dan tinggal hanya berdua saja dengan kakeknya karena kedua orang tuanya telah tiada akibat kanker otak. Dia mengumpulkan benda-benda bekas di gudang usang itu untuk dijadikan sebuah mainan sederhana bersama kakek tercinta.
Tiba-tiba dia menemukan sebuah lukisan di bawah tumpukan-tumpukan tengkorak hewan purba, mungkin itu adalah tengkorak Sapi, karena memiliki dua tanduk kecil yang menghiasi kepala. Dibersihkannya lukisan itu dari debu dengan meniup, dipandanginya lukisan itu dengan penuh rasa heran karena seumur hidupnya dia tidak pernah sekalipun melihat apa yang ada di dalam lukisan itu.


“Kek, ini lukisan milik siapa?”
“Oh, ini milik ayah dari kakeknya kakek dulu. Memang sudah lama benda ini ada di situ. Kalau kamu suka ambil saja Ndre daripada rusak, mungkin itu adalah satu-satunya lukisan yang masih ada di dunia ini.”
Dengan senangnya Andreaz membawa lukisan itu ke kamarnya dan dibersihkannya dengan pelan-pelan agar tidak merusaknya. Dilihatnya lagi dan lagi lukisan itu, tiba-tiba dia tersenyum dan rasa penasaran muncul lagi dalam benaknya. Warna-warna dan benda dalam lukisan itu belum pernah dilihatnya.
Nuansa hijau begitu kental terlihat, benda hijau raksasa berbentuk segitiga memanjang dihamparan karpet hijau, tonggak-tonggak coklat berambut hijau juga ada disekitar segitiga. “Benda apakah yang ada di dalam lukisan ini?” gumam Andre. Sebuah kolam air raksasa dan panjang terlihat samar dibalik rimbunnya tonggak.
“Dimana ya aku bisa menemukan tempat seperti ini?. Aku belum pernah melihatnya. Kakek pasti mau mengantarkanku ke tempat yang indah itu.”

..oo0oo..


Keesokan harinya Andreaz bercerita kepada kakeknya perihal keinginannya untuk pergi ke tempat yang ada dalam lukisan yang kemarin dilihatnya.
“Kek, coba lihat lukisan ini.! Indah ya, aku ingin pergi kesini Kek.”
“Iya tempat itu memang sangat indah, ini adalah lukisan pemandangan Ndre.” Jelas Alteruz sambil menitikkan air mata, tetapi segera diusapnya dengan kain bajunya.
“Pemandangan? Apa pemandangan itu, Kek? Terus ini benda-benda apa?” tanya Andreaz penuh penasaran sambil menunjuk segitiga hijau raksasa.
“Ya, pemandangan adalah apapun yang kita lihat itu adalah pemandangan. Tetapi lukisan itu adalah pemandangan alam. Nama dari benda-benda yang kamu lihat itu adalah gunung, pepohonan, dan sungai. Sedangkan segerombolan hewan yang sedang minum itu adalah kambing. Apa kamu pernah melihat kambing sebelumnya?”
“Kambing? Ohh, hewan kecil, putih, berbulu, dan berkaki empat itu namanya kambing ya, Kek? Aku baru tahu. Sekarang dimana aku bisa menemukan mereka? Ayo antarkan aku kesana.” Rengek Andreaz.
Air mata Alteruz menetes dengan sendirinya, membasahi pipinya yang sudah mulai lungset seperti garis-garis kontur dalam peta topografi. Dia sedih saat cucu tercintanya tidak pernah melihat pemandangan alam dan juga hewan-hewan secara langsung. Hal ini dikarenakan pada jaman saat masih ada pegunungan dan alam masih segar, orang-orang bermodal mulai menebangi pepohonan untuk didirikan rumah serta perkantoran. Tanah yang seharusnya dibiarkan terbuka untuk menyerap air hujan, semuanya ditutupi oleh lapisan-lapisan beton jalan raya dan perumahan.
Semakin lama pepohonan hijau semakin habis, sumber air bersih semakin menipis dan alam pun menangis atas kelakuan manusia yang serakah.
Udara semakin sesak, hewan-hewan pun mati bahkan sekarang sudah tidak ada satupun hewan yang tersisa. Di jaman sekarang, air dan oksigen harus membeli dengan harga yang sangat mahal. Meskipun meja dan sendok yang aku gunakan itu terbuat dari emas, pada akhirnya itu semua tak ada artinya dan lebih mahal air serta udara bersih.
Seandainya nenek moyang ku dahulu tidak merusak alam ini, tidak menggali tanah-tanah untuk pertambangan emas, perak, timah, berlian, dan lain sebagainya, dan tidak merubah lahan persawahan menjadi lahan perumahan yang dianggap bisa menghasilkan banyak uang bagi mereka yang serakah. Maka aku, anak-cucu mereka, tidak akan merasakan hal yang seperti ini. Seandainya nenek moyang ku tahu, aku tidak bisa memakan uang dan emas berlian ini, mungkin mereka tak akan melakukan hal yang bodoh itu. Seandainya aku bisa mengirim pesan ini kepada mereka melalui mesin waktu aku pasti akan memperingati mereka atas apa yang akan terjadi pada saat ini.
Mungkin tidak hanya pesan, jika aku bisa menciptakan mesin waktu maka aku sendirilah yang akan ke masa lalu untuk menyelamatkan bumi ini dari kesengsaraan akibat hilangnya pohon dan rusaknya alam. Tetapi aku tidak bisa melakukan semua itu. Hanya lukisan ini yang sanggup menghiburku. Hanya lukisan pemandangan ini yang bisa mengobati rasa rinduku kepada hijaunya alam.

“Semoga alam tidak menjadi sebuah lukisan pemandangan.” Doa ku.


..oo0oo..


Catatan:
1. Cerita ini terinspirasi oleh lagu : Periculum in Mora “Tamasya Band”
2. Oia cerita ini juga diikutkan dalam lomba menulis fiksi...hehehe

Friday 5 August 2011

Sahur Cumi di Panaongan

Perjalanan singkat ini dimulai dari sebuah bangunan mungil nan penuh kehangatan di dalamnya, panaongan. Jam di dinding menunjukkan pukul 12 lebih, untuk persiapan Sahur berangkatlah saya sendiri dengan apikecil menuju pasar Tanjung. Ya bisa dibilang pasar induknya daerah Jember karena segala macam kebutuhan tersedia disana, 24 jam pedagang stand by di masing2 lapak sederhana mereka sambil menunggu pembeli datang. Bahkan ada yang tidur di samping dagangannya.

Segarnya pemandangan sayuran hijau di kanan-kiri membuat mata ini senang melihatnya.
Sesampainya di pasar langsung saja mborong apa saja yang sudah direncanakan tadi. Bawang merah dan putih, cabe, laos, serta cumi2 adalah objek perburuan kami..hehehe

Oiya hampir saja lupa,KRUPUK, dimanakah engkau berada???? keliling pasar sudah dilakoni, akhirnya perburuan krupuk dilanjutkan di daerah kampus. Dan,, taraaaa.. krupuk telah ditemukan di sebuah toko pinggir kali.

..oo0oo..

Dinginnya angin pagi kota Jember kembali mengiringi kami menuju Panaongan. Si apikecil mulai memasak hasil perburuan tadi dengan cekatan, sedangkan penghuni lain sibuk melihat film (termasuk aku juga)...hehehe

cumi: seperti ini hasil dari kreasi apikecil (tapi bukan ini).

Aroma cumi yang begitu sedap mulai menyusup, keluar dari dapur, menghampiri syaraf penciuman kami dan kami pun tak sabar untuk segera menikmati hidangan sahur kali ini. Tak lama kemudian seluruh hidangan telah tersaji.

Delapan orang penghuni rumah yg penuh kehangatan ini kembali menambah hangatnya suasana dengan makan sahur bareng dalam satu wadah. Kebersamaan, rasa kekeluargaan begitu terasa. Nikmat, itulah kata lidah saya yg tak pernah bohong soal rasa...hehe

kapan2 masak lgi ya mbaaakkkkk................!!!

Thursday 4 August 2011

Merah Putih di Ujung Pinang

Alkisah ada sebuah desa kecil yang aman, tenteram dan sejahtera bernama Cluring. Pagi hari, tiba-tiba warganya berduyun-duyun menuju Balai Dusun yang terletak tepat di pinggir sungai itu. Ternyata sekarang adalah hari pertama diadakannya lomba-lomba untuk menyambut Hari Kemerdekaan Negara tercinta, Indonesia.

Dua buah tiang panjang pohon pinang yang menjulang tinggi tertancap kuat ditanah kering desa Cluring. Di atasnya terlihat berbagai peralatan dapur dan alat-alat lainnya tergantung, yang paling menarik perhatian adalah bertenggernya Sang Saka Merah-Putih di puncaknya. Panjat Pinang, ya, panjat pinang adalah sebuah adu ketangkasan yang tak ketinggalan saat perhelatan acara Agustusan di desaku. Ada apa dengan Panjat pinang?

Panjat pinang, ternyata memiliki nilai filosofi yang mendalam tentang arti KERJASAMA. Permainan yang dilakukan oleh satu team terdiri dari 5 sampai dengan 6 orang dalam suatu kelompok, diharuskan memanjat sebatang pohon pinang yang telah dihaluskan kulitnya dan dilumuri oli bekas. Bisa dibayangkan betapa licinnya bila kita memanjatnya seorang diri.

Anggota yang paling bawah sekuat tenaga memegang erat pinang, harus rela  mengorbankan pundaknya bahkan tak jarang kepalanya dijadikan pijakan kawannya.
Satu-persatu dari anggota team bertumpukan semakin ke atas, dan orang terakhir mulai memanjat tubuh kawannya untuk mencapai puncak, menggapai bendera Merah-Putih kemudian mengibarkannya di ujung pohon pinang.

Rasa bangga dan bahagia tersirat di masing-masing anggota yang berhasil. Hadiah bukanlah hal yang mereka inginkan, melainkan rasa gotong royong, saling membantu untuk mencapai kesuksesan bersama, itulah tujuan akhir dari panjat pinang. Tanpa kerjasama, maka mustahil Bendera kebanggaan kita berkibar.

********


Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Blogger Bakti Pertiwi yang diselenggarakan oleh Trio Nia, Lidya, Abdul Cholik.

Sponsored By :

- kios108
- halobalita
- topcardiotrainer
- littleostore

Monday 1 August 2011

Puasa Membawa Rezeki...... Uhuy

Kemaren, tepatnya tanggal 31 Juli 2011 adalah hari yang supeer sibuk sebelum Puasa.
Mulai pagi hari jam 05.00 WIB baru aja bangun dari tidur wes ngejar-ngejar ayam di pekarangan. Alhasil lima ayam yg nasibnya g sebaik ayam-ayam yang lain tertangkap..hehehe

Disembelih dan akhirnya tertidur dalam wadah raksasa di atas api, menjadi ingkung.

Siangnya sibuk di dapur bantuin buat kue apem. Terus sorenya ke pesarean (makam rek.). Malemnya selametan truz lanjut ke masjid...hehe Tarawih pertama selalu fuullll, tp hari demi hari pasti semakin maju Shaf-nya (tambah sitik).

***

Senin, 01 Agustus 2011 (awal puasa reek..)
Jam stengah 3 pagi udah bangun berkat longlongan sang alarm yg tak pantang menyerah berdendang, tak tanggung-tanggung empat alarm ku nyalakan..hehe
Langsung cuci muka, ambil piring, santaap sahuur. Nikmat sekali.

Packing perlengkapan untuk meluncur ke kota Jember.
Jarum jam di tangan tepat menunjuk pukul 04.35 WIB, sepeda motor keren sahabat touring ku, ku ajak menjelajahi dinginnya pagi serta segarnya rintik gerimis yg kadang2 menerjang wajah.

***

07.02 WIB sampai di sekret. sebelumnya pas pintu gerbang ekonomi aq melihat segerombolan, bahkan bergerombol-gerombol mahasiswa memakai baju setelan hitam-putih ternyata mereka adalah penghuni baru Universitas ku ini.. ahh lupakan saja mereka.

Setelah memandangi ikan-ikan di kolam depan, gazebo menjadi tempat tujuanku selanjutnya. Ber jam-jam bercengkerama dengan para Ketum seakan waktu berjalan dengan cepatnya.. Tak terasa udah jam 10.

Tiba2 Hape kuningku bergetar tanda ada SMS masuk... saat kubuka ternyata dari adek kelasku waktu SMA dulu, Wulan namanya.
"Mas sampeyan wes duwe cewek?"
"Durung Wul, ono opo?"
"Siipp, koncoku ono sing arep kenalan."

Hehehehe........ Rejeki pas awal puasa (batin ku). Ternyata prinsipku tentang cwe ada bnernya.

Pacar itu gak usah dicari ntar pasti datang dengan sendirinya jika memang sudah jodohnya.
uhuuyyy... Dapet kenalan cewek reekk...

Saturday 30 July 2011

Jangan Kelor

Pagi itu udara masih tetap seperti biasa, sangat dingin, rasanya males banget untuk bangun dari kasur empuknya Panaongan..hehehe Hari ini adalah jadwal aku pulang ke kampung halaman (Banyuwangi) karena aku pengen menikmati suasana awal Puasa di rumah. Untung ada Mbak Pritt yg menemani sepanjang perjalanan. Rencana awalnya pengen ngopi2 dulu di warung Watu Gudang, tapi gak jadi gara2 ada sebuah warung soto mungil yg sangat mengesankan dan menarik perhatian di pinggir jalan tepat sebelum memasuki wilayah Kumitir.

"Buk, soto 2 porsi, tambah es jeruknya 2 juga ya" pesen ku.
Tak terasa sudah 45 menit kami istirahat dan menikmati hidangan di warung soto itu. Rasa sotonya begitu MakNyuss, cobain dehh kalo gak percaya.

Tikungan2 tajam Gunung Kumitir telah terlewati dengan mulus. Sayangnya aspal di Kumitir tak semulus tikungannya, banyak jalan2 yg sudah mulai berlubang dan bergelombang. Sangat membahayakan pengendara tentunya. Mbk Pritt turun di Kalibaru untuk menghadiri suatu undangan di kantor Taman Nasional, sedangkan aku terus melanjutkan perjalanan.

***

Friday 29 July 2011

Episode Terakhir: Sweet Friday

Jalanan setapak kecil, gelapnya hutan, dan suara-suara serangga malam menambah mencekamnya suasana. Ditambah pula dengan gantungan2 kaleng yang dihiasi baju, seperti orang2an sawah menjadi siluet manusia yang sempurna.
***

Semua baru sadar jika hari ini adalah Jumat manis, Jumat Legi (sweet friday). menurut cerita-cerita horror yang pernah kami dengar kalau Jumat Manis itu waktunya setan, jin, dedemit bermekaran (ehh, bergentayangan maksudnya). Virus-virus dan sugesti tentang legenda sweet friday menyusup dalam alam bawah sadar kami.

Setiap pemandangan yang aneh sedikit-sedikit disaut-pautkan dengan yang namanya penampakan..

Pencarian jalan pintas menuju pantai Bande Alit dilanjutkan. Cahaya senter sedikit memberi penerangan di gelapnya malam. Pemandangan selama perjalanan sepertinya sama saja, kecuali munculnya bulan yang mendekati bentuk sempurna di atas kami. Pokoknya mirip ma bulan di film2 horror dahh.. syeereemm.

Langkah kaki semakin dipercepat secepat jarum jam yang tak kenal lelah terus melangkah.

Tiba2 kami sampai di sebuah ladang jagung milik penduduk rasa lega mulai muncul, karena kami yakin jika ada ladang pasti sudah dekat dengan pemukiman penduduk. Jagung-jagung setinggi 2meter lebih kami lewati. Saat melongok keluar, sebuah sungai yang lumayan lebar terhampar dihadapan kami, Sungai Lohdadi.

Mau gak mau kami berlima HARUS MAU untuk menyebranginya karena ini adalah jalan pintas satu-satunya untuk sampai pantai. Dinginnya malam dan suara lolongan anjing dari kejauhan awalnya menciutkan nyali, tapi satu per satu mulai turun ke dalam sungai. Sepatu, Celana, Baju, mulai terendam air. semakin dalam rasanya sungai ini, carrier dan tas pun kami angkat setinggi-tingginya agar tidak ikut basah.

Singkat cerita seluruh pengembara kedinginan dengan basah kuyup di seberang sungai Lohdadi. 'Diam' adalah hal terburuk jika kami lakukan, melangkahkan kaki bisa sedikit membuat tubuh ini hangat. Jalan setapak di ladang jagung kami ikuti dan mendadak ada suara perempuan tiba-tiba menyapa kami. (Bayangkan di tengah ladang ditengah malam ada seorang perempuan).

" Mau kemana Mas?" sapa si perempuan dengan merdunya.
" Haahhh....." kami berlima teriak sekencengnya karena kaget, kompak pula.
" Kami mau ke Kebun Pantai Mbak."
" Oohh, ini adalah jalan yg benar." kata si mbak tadi sambil menunjuk sebuah jalan setapak kecil dibalik rimbunnya semak.
" Terima kasih mbak."

Deg-degan sudah pasti. Jalan makadam yang panjang kami lewati dengan langkah cepat. Sambil menghibur diri Lek Geridu nyeletuk "Berarti mbak tadi menunjukkan kita kepada jalan kebenaran." hehehe

Perkampungan Kebun Pantai telah terlewati, suara debur ombak Pantai Bande Alit telah terdengar jelas. Akhirnya perjalanan malam pada Jumat manis (sweet friday) ini telah usai. Tenda dome langsung berdiri kokoh, peralatan memasak siap, makan, ganti baju, dan tidur adalah jadwal kami selanjutnya..

***SEKIAN***


ini adalah pose ter-keren dari lima pengembara Sweet Friday, lokasi di pantai Bande Alit

KETERANGAN: dari kiri ke kanan.
berdiri: Sam Noul, Sam Sodhunk, dan Sam Bengek
jongkok: Lek Geridu dan Bang Korep

Thursday 28 July 2011

Sweet Friday Part 2

Kisah sebelumnya di Sweet Friday....

Lima pengembara sampai di rumah Pak Umla kemudian menitipkan sepeda motornya.
Mereka bergegas pamit untuk segera menjalankan tugas.

***

Hutan telah siap menunggu kedatangan kami..
Kami membagi kelompok. Kelompok 1: Lek Geridu, Sam Noul, dan Sam Bengek mengawali penelusuran dari Pos PKI, Sumber Gadung. Trek dari Sumber Gadung sudah masuk wilayah rimba. Sedangkan Kelompok 2: Sam Sodhunk dan Bang Korep jalan kaki dari Rumahnya Pak Umla menuju Cawang (jalannya melalui perkampungan) jadi Sam Sodhunk dan Bang Korep lebih nyantai, mampir2 dlu di warung, makan, ngopi, belanja, tak lupa bungkus Es juga..hehe

Perjalanan kami lanjutkan menyusuri perkampungan dan menyebrangi sungai.
Beberapa menit kemudian rombongan pertama terlihat di kejauhan.. Bang Korep menyarankan untuk menunggu mereka, karena hari sudah mulai sore. Akhirnya semua kelompok bertemu lagi menjadi satu di Sungai daerah Cawang.

Jalan setapak ber-rumput tebal dan gubug-gubug sederhana menghiasi sepanjang perjalanan. 45 menit berjalan, akhirnya kami sampai di sebuah tempat yang lumayan lapang, 10 hektar, orang2 menyebutnya. Entah kenapa 10 hektar menjadi julukan tempat ini. Sementara langit jingga di barat sudah mulai meredup diganti dengan gelapnya malam.

Wednesday 27 July 2011

Sweet Friday Part 1

Salam Lestari...!!

Penulis kali ini akan menceritakan tentang sebuah kisah perjalanan dari 5 orang pengembara utusan dari SWAPENKA. mereka mendapat tugas untuk melakukan survei tempat untuk pendidikan dan latihan dasar di daerah Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).

Alkisah pada tahun 2010 yang lalu, tepatnya pertengahan bulan November, lima lelaki pilihan yaitu Bang Korep, Sam Noul, Sam Bengek, Lek Geridu, dan yang terakhir Sam Sodhung melakukan ekspedisi tempat (bahasa kerennya survei) di Bande Alit, TNMB, Jawa Timur.

Setelah sholat Jumat kami berlima siap berangkat, perlengkapan, logistik de el el sudah tersedia. kendaraan tempur pun sudah siap untuk meluncur.. Gooo...!!!
Panasnya terik matahari setia menemani sepanjang perjalanan.
****

Tuesday 26 July 2011

sepi apa sepi...?

Hari Selasa..

08.25
*sambil menunggu datangnya waktu kuliah, main kartu UNO dulu sama Si Ganjur dan Mas Noul di Sekret SWAPENKA

08.50
*bel tanda masuk kuliah SP (Semester Pendek) telah berdering

08.52
*membuka pintu ruang 6
*sepi
*duduk seorang diri dalam kelas

08.53
*seorang manusia memasuki ruangan
*diam
*duduk
*tidur

08.54
*dia belum datang juga (biasanya on time sepanjang waktu)
*sepi

08.55
*masih sepi

08.56
*tetap sepi

08.57
*masih saja sepi

08.58
*tetap saja sepi

08.59
*masih saja tetap sepi

09.00
*berfikir
*kapan dosen ini datang?
*tetap 2 manusia di kelas

09.01
*ada sms dari seorang manusia
-kamu dimana?
+aq d kampus.
-ayo ngumpul, sekarang ada tugas!
dosennya gak dateng..

09.01.30'.
*kluar kelas dengan sedikit nggrundel.
udah capek2 nunggu ternyata gak ada kuliah..ckckckkk

Monday 25 July 2011

Poetry Hujan: menangis dalam hujan

dalam rintik hujan
dalam kesedihan dan kesakitan,
seorang anak gelandangan
menangis dalam hujan ....

tertelan
rindangnya dahan,
tidak ada yang dapat melihatnya,
tak ada yang dapat mendengarnya,
tetap tak ada yang menghiraukan.

menangis dalam hujan....
ia menatap pohon-pohon,
dan melihatnya menangis,

menangis dalam hujan ....
Hujan masih tertuang,
tapi anak tidak menangis.
namun, pohon-pohon selalu
menangis dalam kesepian
menangis dalam hujan ...



Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis

Sunday 24 July 2011

Kopi LLA (Luwak-Luwak an)

Lomba Lintas Alam (LLA) Bandealit Sukamade sebenarnya adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Balai Taman Nasional Meru Betiri. LLA adalah lomba perdana ku yang berbau Alam..hehehe (ikutnya juga dadakan).
Peserta dari lomba ini ternyata tak hanya berasal dari wilayah Jember bahkan teman2 OPA dari Jogja pun turun tangan. Tak kurang sebanyak 17 team tumplek-blek di Bandealit.

Waktu pelaksanaan mulai tanggal 2-6 Juli 2011.

Hari I (Sabtu, 2 Juli 2011)
-Perjalanan menuju Bandealit diawali dengan menaiki kendaraan super spesial medan Bandealit (truck). Setelah menempuh perjalanan yang begitu panas, saat masuk palang pintu (karcis) aku disambut oleh rindangnya pepohonan, mulai dari pohon-pohon besar hingga rotan bisa ku jumpai. Seekor Elang ular (Spilornis cheela) juga terlihat bertengger diatas ranting pohon yang tinggi.
Saat tiba di camping ground tak lama kemudian tenda berdiri,bak jamur dimusim penghujan. suasana kekeluargaan tercipta dengan berjalannya waktu.

Saturday 23 July 2011

Tentangku

Perkenalkan nama saya Widodo Sungkono. Berhubung saya seorang anak rimba, saya biasa dipanggil Sodhung. Itu adalah nama rimba, pemberian kakak angkatan saya.
apa itu sodhung? dan mengapa saya diberi nama tersebut? itu akan saya ceritakan dilain waktu..

Saya lahir di Banyuwangi pada tanggal 22 Desember. Sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Jember, sebagai mahasiswa sastra inggris.

Pencinta alam yang saya ikuti (dan cintai) adalah SWAPENKA.

Itu dulu tentang saya. Terima kasih.

Salam Lestari..!