Patrol, entah bagaimana asal-usulnya alat musik yang terdiri dari beberapa jenis kentongan dan seruling ini. Tetapi selama saya tinggal di Jember katanya musik patrol adalah ikon daerah ini. Sama seperti di tempat tinggal saya, Banyuwangi, musik patrol hanya terdengar saat bulan Ramadhan saja terutama saat sahur, padahal kan sayang jika musik tradisional nan unik ini terbatas dalam hal jam terbang (hanya saat bulan ramadhan).
Malam Minggu kemarin saya berkesempatan untuk melihat Lomba music patrol secara live..hehe. Meriah?? itu sudah pasti, apalagi diselingi oleh pesta kembang api. Tetapi sebagai sebuah ikon kota Jember yang lumayan luas ini sangat disayangkan karena jumlah pesertanya hanya sedikit, cuma 17 team. Apa karena musik patrol sudah sedikit peminatnya? atau pemerintah daerah yang kurang memikirkan nasib Patrol?
Dengan sederhananya beberapa peserta menghias kendaraan patrol mereka, ada pula yang hiasannya terlihat begitu mewah. Tetapi perbedaan cover tidak mempengaruhi kualitas musik mereka. Patrol tetap merdu dan nuansa semangat 45 jelas terasa lewat ketukan-ketukan yang berirama.
Tetapi ada beberapa hal yang mengganjal dimata saya, yaitu pembawa banner nama team masing2 peserta adalah anak-anak kecil yang masih berumur belasan tahun. Padahal anak sekecil itu biasanya sudah tidur nyenyak di kasur bersama orang tuanya di rumah saat lewat tengah malam. Mereka terlihat lelah sambil memegangi Banner tersebut, sejak pukul 8 malam mereka sudah siap di garis Start sampai pukul 3 pagi tiba di garis Finish. Apa mereka ini dibayar?? atau bagaimana?? Entahlah......
Semoga tahun depan saya masih bisa menikmati dendangan patrol dan Patrol tetap lestari.
No comments:
Post a Comment