Di depan tempat itu, di papan
triplek, tertulis jelas dengan warna merah menyala “Rumah Makan Kapten Bhirawa Surabaya”. Tiba-tiba semua orang
menghentikan makan mereka. Menatap heran pada dua orang muda mudi yang duduk
tepat di depan meja kasir.
Krompyaang........
“Mas, kamu dulu bilang cinta,
tapi mana buktinya? Ah, hanya manis di bibir saja. Kamu lebih suka menghabiskan
waktu untuk sekedar menyirami bibit-bibit pohon di depan rumah daripada mengantar
aku jalan-jalan. Bunga-bunga mawar itu sepertinya lebih cantik ketimbang aku.
Dan kamu lebih suka mendaki gunung, gak penting!. Alasan klasik selalu menjadi
senjatamu, kamu selalu bilang ‘Aku
mendaki untuk mensyukuri ciptaan Tuhan’. Omong kosong!!” Segelas air putih membasahi wajah
ku, sebelum aku sempat berkata apapun.
“Dek, kamu cemburu ya dengan
bibit-bibit mungil itu? Kamu cemburu sama mawar-mawar itu? Apa kamu juga
cemburu dengan puncak gunung? Ah, jangan cemburu pada pepohonan. Jangan menjadi
bimbang walau aku hanya seorang pencinta alam. Jika memang benar kamu mencintai
aku, maka cintailah alam dan kehidupanku. Aku mencintaimu, dan bumi juga butuh
cinta, bumi juga butuh kasih sayang kita.”
“Dek, aku masih ingat isi dari surat cinta yang kamu berikan padaku.
Disana kamu memiliki harapan untuk pergi ke suatu tempat yang lebih indah dari
mu. Masih ingatkah tentang itu? Pernah ke puncak bukit dengan mu, pernah susuri
sungai dengan mu, pernah menatap bintang kau dan aku. Pernah seperti itu. Masih ingatkah tentang itu, dikala kita bermain batu di tepian sungai yang bergemericik merdu?” Emosi
wanita itu pun mulai terkendali, rasa sesak di dada keluar dalam bentuk air
mata yang perlahan mulai membasahi pipinya. Dipeluknya erat lelaki di depannya “Aku
cinta kamu, Mas.”
Sama-sama Dhe, untuk Blog Review nya masih baca2 dulu:-)
ReplyDeleteSalam lestari dari Jember
Aihhh nulis fiksi rek.
ReplyDeleteEmmm iya iya sukses ya.
Bagus kok.
iya, sulit sekali nulisnya.. ini punya tamasya, tak jadikan cerita :-)
DeleteAku cinta kamu Mas,
ReplyDeleteAiihh so sweet banget..
Sukses ya ngontesnya..
tapi ndak semanis tebu kan mbak?? hehehe
DeleteIya, makasih mbak Nchie :-)