Sunday 15 December 2013

Jalan-jalan ke Kawah Ijen #1

kawah ijen, sodhunk, blue fire, api biru
Memandang Blue Fire di Kawah Ijen
Kira-kira sudah 1 tahun lebih kaki ini tidak menginjak tanah Ijen, kangen bau belerang, kangen hawa dingin, dan kangen cerita-cerita nya. Karena selalu ada cerita di setiap perjalanan.
***

Sebenarnya ide buat jalan-jalan ke Ijen kemaren itu muncul begitu saja karena boring di kosan, gak tau mau ngapain lagi. Akhirnya Bang "Faisal Korep" menjadi teman duet dalam perjalanan ini. Ya hanya berdua saja. Yang namanya rencana dadakan pasti semua persiapannya juga seadanya. List perlengkapan yang aku bawa ke Ijen: celana panjang 1, kaos 1, jaket 1, dan sleeping bag. Udah itu saja, sangat-sangat tidak standar untuk Gunung Ijen yang terkenal lumayan dingin saat malam. Bawaan Bang Korep juga gak jauh beda dengan list-ku cuma minus sleeping bag aja.

Rasanya kalau jalan-jalan ke gunung itu kurang lengkap rasanya tanpa membawa tenda. Untung di rumah mas Bro ada tenda yang baru dipakai dari Jogja dan masih ada di dalam karier. Perlengkapan sudah, tenda juga sudah, masih kurang apa lagi ya?? Oh iya, kamera. Kan gak seru jika maen kemana gitu gak ada dokumentasinya..hehehe Berhubung kita berdua tidak punya kamera, pinjam! Akhirnya ada teman yang rela kamera kesayangannya berpindah tangan lengkap dengan tripod nya. Waahh serasa menjadi wisatawan dadakan nih, padahal hampir semua barang-barangnya hasil pinjaman. hehehe


Perjalanan menuju Ijen, 10 Desember 2013
Perjalanan dimulai dari Jember menuju Bondowoso pada jam 14.00 ditemani gerimis yang setiap sore selalu mengguyur kota Jember. Setelah hampir 2 jam lebih, kita sampai di portal Jampit. Palang pintu pertama sebelum sampai Ijen. Kita diwajibkan untuk mengisi daftar tamu di pos jaga, di sana kita diminta dana retribusi dan besarnya tidak ditentukan oleh petugas. Bayar seikhlasnya saja Mas kata pak satpam yang sedang bertugas, kemudian saya keluarkan selembar lima ribuan dan portal-pun dibuka.

Oh iya, sekarang jalan menuju Ijen via Bondowoso sudah lebih bagus daripada aku terakhir kesana. Lubang-lubang besar sudah mulus lagi. Namun di beberapa titik masih ada jalan yang berlubang, bahkan aspalnya sudah habis. Jadi harus benar-benar konsentrasi, terutama yang mengendarai sepeda motor. Jalur yang 70 persen didominasi tanjakan itu menyuguhkan panorama Gunung Ijen di kejauhan.

Hawa dingin dan kabut seakan-akan bicara "Selamat datang di Surga" beh lebay.... Semakin sore langit Ijen berubah semakin gelap apalagi ditambah awan mendung yang sedari tadi menggantung menambah suasana semakin dramatis. Rasanya pengen cepat sampai di Paltuding.

Sekitar jam 6 malam aku dan Bang Korep tiba di Paltuding. Paltuding adalah titik awal pendakian dan tempat pemberhentian kendaraan terakhir sebelum menuju puncak Ijen.

Di Paltuding, 10 Desember 2013
Lho, Paltuding kok sepi sekali? tidak seperti biasanya. Hanya ada satu mobil dan satu sepeda motor yang terparkir. Hmm... sambil melihat sekitar menentukan tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda, tiba-tiba kita didatangi seorang petugas dan disuruh mengisi daftar tamu (lagi) serta menyelesaikan urusan administrasi.
"Mas, mohon diisi dulu buku tamu nya, dari mana, sendirian saja?" sambil menyerahkan buku tamu.
"Saya dari Jember, Pak. Saya berdua dengan teman saya."
"Ini karcisnya, lima ribu rupiah. Satu orang dua ribu, dan parkir seribu. Oh iya, nanti rencananya mau mendirikan tenda dimana?"
"Mungkin di sekitar sini saja, Pak."
"Untuk mendirikan tenda, ada biayanya mas, Rp. 15.000!"
"....................."

Langsung terdiam mendengar info bahwa sekarang, di Ijen, jika mau mendirikan tenda harus membayar biaya sebesar Rp. 15.000 padahal dulu tidak ada bayar-bayaran buat tenda gitu. Karena kita hanya membawa uang pas-pasan, akhirnya diputuskan untuk tidak mendirikan tenda. Sungguh terlalu, sudah membawa tenda ternyata tidak dipakai karena kebijakan baru. Selain sedih, nanti kita akan tidur dimana??? Kan kalau malam, suhu di Ijen bisa mencapai 10 derajat selsius.

Sambil memikirkan tempat untuk istirahat malam ini, sebuah warung di Paltuding menjadi tujuan pertama untuk sekedar nyruput kopi agar badan lebih hangat. Warung Bu Im. Satu-satunya warung yang masih buka. Di warung itu akhirnya kami terlarut dalam obrolan dengan pemilik warung dan beberapa orang lainnya. Aku menceritakan kejadian tadi, tentang tenda, dan akhirnya alhamdulilah kita berdua diijinkan untuk menginap di warung. Malam ini ada tempat berteduh untuk kita.
***
BERSAMBUNG..........

14 comments:

  1. Jalan-jalan ke kawah ijin dan mendapatkan momen indah di sana itu mengasyikan ya sob, apalagi kalau waktunya pas.

    Salam,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekaliMas Indra, karena beberapa kali saya ke Ijen gak semuanya mendapatkan momen bagus. Alhamdulilah kemaren itu saya bisa menikmati indahnya kawah Ijen. :)

      Salam,

      Delete
  2. saya ke ijen 2 kali mas.. dua-duanya tidur di gazebo dekat warungnya bu Im..
    cuma bawa sleeping bag dibagi-bagi.. hehe
    dingin banget emang...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waw keren, ndak pakek tenda ta?? :D kapan terakhir ke Ijen mbak?
      iya, kemaren untungnya aku dapet ijin buat tidur di warung Bu Im, ada penghangatnya yaitu dapur..hehehe

      Delete
  3. Bayar ta kalau pasang tenda? Kemunduran atau kemajuan ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas bayar 15 ribu, saya juga baru tahu kemaren. menurut saya itu adalah sebuah kemunduran.

      Delete
  4. sampai sekarang aku belum pernah berkunjung ke kawah. Ngeri menghirup asapnya. Bisa kena asma saya sob.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang kalau orang asma tidak dianjurkan turun ke kawah mas. takutnya ada serangan asap belerang dadakan, karena akan sulit sekali menghirup oksigen... :)

      Delete
  5. Wah seru banget tuh kayaknya! :D

    Eh iya, btw, Foto-fotonya dong tambahin. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa ceritanya belum selesai hehehe... di postingan selanjutnya hasil jepretannya akan lebih banyak lagi... :)

      Delete
  6. bicara masalah tiket masuk di kawah ijen memang tidak beres. saya membeli tiket dan tiket diambil di pintu masuk. kalau tiket diambil kan bisa dijual lagi. satpam yang ngambil karcis memakai muka garang agar tidak banyak pertanyaan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe... sekarang ticketing di Ijen lebih tertib Om, dan karcis langsung disobek di tempat agar tidak bisa digunakan lagi. Silahkan main2 ke Kawah Ijen.

      Delete
  7. Misi om,mau tanyaa,buka tenda di puncak kawah ijen boleh ga yaa???
    Rencana kita mau naik bulan ini.mksh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Abdul dari mana ya kalau boleh tahu? pernah ke kawah ijen sebelum nya?
      Jika belum pernah kesana, hanya sekedar informasi saja, di puncak Ijen angin sangat kencang sekali. Datangnya tidak bisa diprediksi. Jadi sangat tidak disarankan untuk mendirikan tenda di puncak Ijen. Dan selama saya beberapa kali ke Ijen, belum pernah sekalipun menemukan wisatawan yang mendirikan tenda di puncak. Silahkan mampir ke Jember jika ada waktu. Salam Lestari!!!

      Delete